Minggu, 16 Maret 2014

Perkembangan Kognitif Pada Remaja



Perkembangan Kognitif Pada Remaja
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Jean Piaget (1896-1980) mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif manusia, yaitu:
1.      Tahap sensorimotor berlangsung sejak lahir hingga usia 2 tahun
2.      Tahap praoperasional berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun
3.      Tahap operasional konkret pada usia 7 hingga 11 tahun
4.      Tahap operasional formal yang berlangsung pada masa remaja, usia 11 hingga 15 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa.
Menginjak masa puber, seorang remaja akan mengalami perkembangan kognitif atau kemampuan berpikir. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Idealnya, seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri. Di antaranya yang bisa digambarkan yaitu:
1.      Mulai bisa berpikir logis tentang suatu gagasan yang abstrak
2.      Mulai bisa membuat rencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan masalah serta mulai memikirkan masa depan
3.      Muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji hipotesis atau permasalahan
4.      Belajar berinstropeksi diri
5.      Wawasan berpikirnya semakin luas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, jati diri atau identitas
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan mengadaptas informasi tersebut dengan pemikirannya sendiri. Namun pada kenyataannya, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja (bahkan orang dewasa juga lho) yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Tahap Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja membahas tentang perkembangan remaja dalam berfikir (proses kognisi/proses mengetahui ). Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap berfikir yang dicirikan dengan kemampuan berfikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).

Kemampuan Kognitif Remaja
Berbagai penelitian selama dua puluh tahun terakhir dengan menggunakan berbagai pandangan teori juga menemukan gambaran yang konsisten dengan teori Piaget yang menyimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode dimana seseorang mulai berfikir secara abstrak dan logik (Carlson, Derry, Fouad, Jacobs, Krieg, & Peterson, 1999). Berbagai penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang konsisten antara kemampuan kognitif anak-anak dan remaja. Dibandingkan anak-anak, remaja memiliki kemampuan lebih baik dalam berfikir hipotetis dan logis. Remaja juga lebih mampu memikirkan beberapa hal sekaligus - bukan hanya satu - dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak (Keating, dalam Carlson, dkk., 1999). Menurut Nettle (2001), remaja juga dapat berfikir tentang proses berfikirnya sendiri, serta dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata - sebagaimana hal-hal yang nyata - untuk menyusun hipotesa atau dugaan.

Faktor Perkembangan Kognitif Remaja
Menurut pandangan teori pemrosesan informasi, kemampuan berfikir pada usia remaja disebabkan oleh meningkatnya ketersediaan sumberdaya kognitif (cognitive resource). Peningkatan ini disebabkan oleh automaticity atau kecepatan pemrosesan (Case; Keating & MacLean; dalam Carlson, dkk. 1999); pengetahuan lintas bidang yang makin luas (Case, dalam Carlson, dkk. 1999); meningkatnya kemampuan dalam menggabungkan informasi abstrak dan menggunakan argumen-argumen logis (Moshman & Frank, dalam Carlson, dkk., 1999); serta makin banyaknya strategi yang dimiliki dalam mendapatkan dan menggunakan informasi (Carlson, dkk., 1999).
Walaupun cara berfikir kelompok remaja (usia 11 tahun ke atas) berbeda dengan anak usia 7 – 11 tahun, akan tetapi bila ditelaah lebih jauh, di antara para remaja sendiri sering ditemukan perbedaan (Seifert dan Hoffnung, 1987). Perbedaan tersebut, menururt Torgesen (dalam Collins, dkk., 2001), terjadi antara lain karena faktor penggunaan strategi kognitif yang dimiliki oleh masing-masing individu.
http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif
Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi yang Arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.
Berdasarkan hasil penelitian, para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosakata, ucapan, gramatikal dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Karena perbandingan umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasanya.


Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir
Pemikiran para ahli tentang proses berfikir :
1.      ProsesØ berfikir merupakan pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya rangsangan sampai munculnya respon/tanggapan. (Morgan, 1989).
2.      Pada setiapØ individu, mereka berfikir dengan menggunakan simbol – simbol yang memiliki makna atau arti tertentu.(Glover, 1987).
3.       Aktivitas berfikir individu sebenarnyaØ dibantu dengan menggunakan simbol – simbol verbal dan hukum tata bahasa untuk menggabungkan kata – kata menjadi suatu kalimat yang bermakna. (Morgan, 1980).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Ada beberapa aliran yang memiliki pandangan tentang perkembangan bahasa seseorang. Berikut adalah penjabarannya :
1.      Aliran Nativisme
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan bahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang ditentukan oleh orang tuanya. Hal ini berarti, jika kemampuan bahasa orang tuanya baik dan cepat, maka sang anak juga memiliki kemampuan bahasa yang baik dan cepat, begitu sebaliknya.
2.      Aliran Empirisme atau Behaviorisme
Aliran ini berpandangan sebaliknya, bahwa perkembangan bahasa seseorang tidak ditentukan oleh faktor bawaan melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini jika kemampuan bahasa orang tuanya kurang baik dan lambat namun proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkunagan berbahasa secara baik dan cepat, maka kemampuan berbahasa anak menjadi baik dan cepat
.
3.      Aliran konvergensi
Aliran ini mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi antara faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Sedangkan faktor lingkungan juga sangan berpengaruh yakni besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungan.

Tidak ada komentar: