Jumat, 14 Maret 2014

Teori Kepribadian Psikoanalisis Sighmund freud





Teori kepribadian psikoanalisis
Sighmund freud

Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis freud,
1.      Asumsi determinisme psikis, meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan.
2.      Asumsi motivasi tak sadar, meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu seperti perbuatan, berpikir, dan merasa, ditentukan oleh motif tak sadar.

Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu, id, ego dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.

Teori freud memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal-hal berikut :
1.      Pendapat freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2.      Pendapat freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3.      Pendapat freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksual nya. Ini menunjukkan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.

A.    Struktur Kepribadian

1.      Id (das es), aspek biologis kepribadian.
Merupakan komponen kepribadian yang primitive, instingtif (berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang yang berorientasi pada prinsip kesenangan atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber dari instink kehidupan atau dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, bersetubuh, dll) dan instink kematian/instink agresif yang menggerakkan tingkah laku. Prinsip kesenangan merajuk pada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan-dorongan biologis tersebut. Id merupakan proses primer yang bersifat primitive, tidak logis, tidak rasional, dan orientasinya bersifat fantasi (maya).
2.      Ego (das ich), aspek psikologis kepribadian.
Merupakan eksekutif atau menager dari kepribadian yang membuat keputusan tentang instink-instink man yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya, atau sebagai system kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada aspek realitas. Peranan utama ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani id (keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Hal yang harus diperhatikan dari ego adalah:
a.       Merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memenuhi kebutuhan id.
b.      Seluruh energy (daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id.
c.       Peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar.
d.      Bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakanya.
3.      superego (das uber ich), aspek sosiologis kepribadian
merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Individu mengintegrasikan berbagai norma sosial tersebut. Dalam arti, individu menerima norma-norma sosial atau prinsip-prinsip moral tertentu kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai dengan norma tersebut. Superego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.
Fungsi dari superego antara lain :
a.       merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat.
b.      Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
c.       Mengejar kesempurnaan (perfection).

Tingkatan kesadaran
1.      kesadaran (conscious), merupakan bagian kehidupan mental atau kejiwaan individu, dengan ini individu mengetahui tentang : siapa dia, sedang apa, sedang di mana, apa yang terjadi dan lain sebagainya.
2.      ambang sadar (preconscious), merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran sebagai tempat penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkapkan secara cepat, namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat diingat kembali.
3.      ketidaksadaran (unconscious), merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu yang merupakan gudang dari instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (emotional paint) yang dirpres.

B.     Dinamika Kepribadian

1.      instink, merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes).
a.       Instink hidup (life instink : eros),  merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif  atau konstruktif yang meliputi dorongan-dorongan jasmaniah seperti : seks, lapar, dan haus.
b.      Instink mati (death instink : thanatos), merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negatif atau destruktif. Derivative dari instink ini adalah tingkah laku agresif.
2.      pendistribusian dan penggunaan energi psikis
id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan melalui gerakan reflek dan proses primer (menghayal, atau berfantasi tentang objek-objek yang dapat memuaskan instink).
Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego, atau dari id ke superego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan :
a.       memuaskan dorongan atau instink melalui proses sekunder
b.      meningkatkan perkembangabn aspek-aspek psikologis
c.       mengekang atau menangkal id agar tidak bertindak implusif atau irasional
d.      menciptakan integrasi di antara ketiga sistem kepribadian.
C.    Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian menurut freud adalah belajar tentang cara-cara baru untuk mereduksi ketegangan yang bersumber kepada empat aspek :
1.      pertumbuhan fisik, seperti peristiwa menstruasi dan mimpi pertama.
2.      frustasi, orang yang tidak pernah frustasi tidak akan pernah berkembang
3.      konflik,  yang terjadi antara id, ego dan superego.
4.      ancaman, lingkungan merupakan sumber yang memberikan ancaman yang memberikan ketegangan.

Tahap perkembangan terdiri dari lima tahap :
1.      oral (oris : mulut), merupakan fase ketika bayi masih menetek yang seluruh hidupnya masih bergantung pada orang lain. Pada fase ini libido didistribusikan ke daerah oral untuk mencapai kepuasan.
2.      anal (anus : dubur), terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, pada fase ini libido didistribusikan ke daerah anus, anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian kepuasan.
3.      phallik (phallus : dzakar), terjadi pada usia 4 sampai 5 tahun. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau senang memainkan alat kelamin sendiri. Pada fase ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama yang terkait iklim kehidupan sosiopsikologis keluarga atau perlakuan orang tua terhadap anak.
4.      latensi, terjadi pada usia 6 sampai 12 tahun. Fase ini merupakan masa tenang seksual karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau direpres (ditekan).
5.      genital, terjadi pada usia 12 sampai 13 tahun. Fase ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Pada fase ini instink seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang lain atau mulai untuk mengembangkan motif altruis (keinginan untuk memperhatikan kepentingan orang lain.[1]


[1] Yusuf, syamsu. 2008. teori kepribadian. Bandung:  pt remaja rosdakarya hal, 38

Tidak ada komentar: