Jumat, 14 Maret 2014

Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Islam



  1. Sekilas Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

Dalam wacana islam, eksistensi pendidikan islam telah ada sejak islam pertama kali diwahyukan. Ketika rasulallah saw, mendapat perintah allah swt untuk menyebarluaskan ajarn islam, maka apa yang dilakukannya, jelas masuk dalam kategori pendidikan. Bagi umat islam, Rasulullah saw adalah guru agung. Kepribadiannya merupakan perwujudan ideal islam tentang seorang guru dan pendidik. Ayat al qur an yang pertama diturunkan berhubungan langsung dengan dengan pendidikan.  Perintah membaca  (إقرأ ) sebagai mana wahyu pertama  qs al ‘alaq, jelas mengandung nilai filosofi yang menjadi dasar bagi pendidikan, sebab ini berarti penekanan dan pandangan al quran terhadap perlunya ilmu pengetahuan. Wacana pemikiran pendidikan islam masa nabi sudah tentu tidak sesistematis dan secanggih sekarang ini. Meskipun demikian, perhatian umat terhadap ilmu pengetahuan jelas sangat tinggi dan hal ini terwujud sesuai dengan kemungkinan kondisional waktu itu. Ketika di makkah, proses pendidikan islam  dilakukan nabi dan para pengikutnya di dar al arqam, sebaga pusat pendidikan dan dakwah.erhatian Rasulullah terhadap pendidikan terus berlanjut pada era Madinah. Diantara kegiantan pertama rasul setelah hijrah adalah membangun masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat pendidikan. Di masjid ini pula terdapat apa yang disebut shffah yang berfungsi terdapat pendidikan sekaligus tempat tinggal bagi orang yang tidak ingin memiliki rumah atau pendatang baru atau orang yang datang ke sana khusus untuk menuntut ilmu. Kebijakan lain yang dilakukan Rasulullah dalam memajukan pendidikan umat islam adalah melalui pemanfaatan tawanan perang badar. Sejumlah tawanan yang bisa tulis baca dilepas setelah masing-masing mengajari sepuluh anak-anak muslim menulis dan membaca.

Pendekatan yang dilakukan Rasulullah kemudian diikuti oleh para khalifah sesudahnya yang demikian memperhatikan perkembangan pendidikan bagi umat islam. Dengan meluasnya kekuasaan islam maka aktivitas pendidikan pun meningkat. Setelah wafatnya Rasulullah, khususnya pada masa umar bin khatab dan usman bin affan. Umat islam tidak lagi terisolasi di Arabia ttapi telah menyebar ke berbagai tempat, antara lain iraq, syria, palestina, mesir, dan persia.

Para pemimpin islam menyadari bahwa penyebaran ini akan terus berlanjut ke tempat-tempat yang lebih jauh lagi, sehingga tindakan antisipatif harus dilakukan. Umar mulai mengambil langkah penting dengan mengirim para narrator ( قوصص) untuk berperan sebagai guru di masjid-masjid di kota-kota islam yang baru. Seperti kufah, basrah, damaskus, dll. Kebijakan ini diikuti terus pada masa sesudahnya.
Melalui sentuhan kreatif para intelektual muslim, pemikiran helenisme yang hampir terlupakan mendapatkan bentuk dan warna baru (islam), serta mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama pada masa pemerintahan dinasti abbasyiah.[1]

Munculnya dinamika pembaharuan pemikiran pendidikan yang dilakukan sejumlah intelektual muslim dari masa ke masa, tidak terlepas dari kondisi objektif sosial budaya dan sosial keagamaan umat islam itu sendiri. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa dinamika pemikiran intelektual muslim merupakan hasil refleksi terhadap kondisi umat islam pada zamannya. Sebagaimana yang terlihat pada  bagian-bagian mendatang perhatian terhadap bidang pendidikan ini berfluktuasi dari masa ke masa dan berfariasi dari satu  tempat ke tempat yang lain. Fenomena ini diperjelas dengan munculnya ide seputar pembaharuan pendidikan islam semakin mendekat momentumnya ketika pemikiran manusia mencapai tahap positif dan fungsional sekitar abad XIX dan awal abad XX. Sederetan intelektual muslim, sejak masa awal sampai pada era post modernism telah berupaya merekontruksi guna terciptanya sistem pendidikan yang ideal. Muncul para pemikir muslim alternatif yang berupaya menyelamatkan umat islam dari pemikiran yang sesat.
Orientasi pemikiran pendidikan yang mereka kembangkan lebih terpusat pada persoalan seputar filsafat dan ilmu kalam. Hal ini dapat dimaklumi karena perkembangan kedua orientasi ilmu tersebut waktu itu sangat dominan. Kelompok intelek muslim tersebut antara lain adalah :
  1. ibn maskawaih, hidap pada masa dinasti buwaihi yang belatar belakang mazhab syiah. Perhatiannya dalam menuntu ilmu sangat besar. Hal ini tercermin dalam ilmu pengetahuan  yang ditekuninya. Dalam bidang sejarah umpamanya, ia belajar dengan abu bakr ahmad ibn kamil al qadhi, filsafat dengan ibn  al khammar dan kimia dengan abu thayyib.
  2. ibn sina, hidup pada masa dinasti samani. Pada umur sepuluh tahun ia telah mengahafal keseluruhan al quran dan menguasai dengan baik disiplin-disiplin keagamaan lainnya. Dengan demikian karirnya yang demikian cemerlang di bidang filsafat dan sains didasari oleh pendidikan agama yang cukup solid. Ilmu kedokteran ia peroleh terutama melalui guru Kristen isa ibn yahya. Pada usia 16 tahun ia sudah mulai dikenal sebagai ahli pengobatan, dan menjadi betul-betul dikenal pada usia 17 tahun. Ia berhasil menyembuhkan sultan samani dan sultan buwayhi. Ketinggian ilmunya di bidang kedokteran dapat dipahami dari karyanya al qanun fi al thibb yang tidak saja melahirkan sejumlah besar ahli8 kedokteran priode klasik dan menengah, tetapi masih juga digunakan sebagai rujukan di berbagai universitas Eropa hingga penghujung abad ke 17.[2]

  1. Kemajuan ilmiah dan sastra masa abbasiyyah

  1. kajian dalam bidang kedokteran.
Minat orang arab terhadap ilmu kedokteran diilhami oleh hadits nabi yang membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok, yaitu teologi dan kedokteran. Dengan demikian, seorang dokter sekeligus seorang ahli metafisika, filosof, dan sufi. Dengan seluruh kemampuannya itu, ia juga memperoleh gelar hakim (orang bijak). Kisah tentang jibril ibn bakhtisyu, dokter khalifah al rasyid, al ma’mum, juga keluarga barmak dan diriwayatkan telah mengumpulkan kekayaan sebanyak 88.880.000 dirham (qifthi, hal 143), memperlihatkan bahwa profesi dokter bias menghasilkan uang banyak.
Dalam hal penggunaan obat-obatan untuk penyembuhan, banyak kemajuan berarti yang dilakukan orang arab pada masa itu. Merekalah yang membangun apotek pertama, mendirikan sekolah farmasi pertama, dan menghasilkan buku daftar obat-obatan, dimulai dengan risalah karya jabir ibn hayyan, bapak kimia arab yang hidup sekitar 776. Pada masa awal pemerintaha al ma’mum obat-obatan beserta dokter-dokter dilakukan semacam pengujian. Sinan ibn tsabit ibn qurrah diperintahkan oleh al muqtadir pada 913, untuk memeriksa semua dokter praktik, dan memberikan sertifikat (tunggal ijazah) kepada setiap dokter yang dipendang telah memberikan pelayanan yang memuaskan. Sekitar 860 dokter di Baghdad dinyatakan lulus, dan seluruh kerajaan kemudian bebas dari dokter-dokter yang tidak berijazah (ibn abi ushaybi’ah, jilid I, hal. 122). Fakta-fakta semacam itu semperlihatkan perhatian yang besar terhadap kesehatan public, yang saat itu belum dikenal di tempat lain. Karena upaya dalam meningkatkan standar ilmiah profesi dokter dan mengembangkan system administrasi rumah sakait Baghdad yang efesien. Rumah sakit ini yang merupakan rumah sakit islam pertama, dibangun oleh harun al rasyid pada awal abad ke -9.
Al razi, abu bakr Muhammad ibn zakariyya al razi (rhazes, 869-925). Bias jadi ia merupakan dokter muslim terbesar dan sebenarnya, serta paling produktif (Edward G. browne, Arabian medicine, hal. 44). Ia juga dipandang penemu prinsip seton dalam operasi. Salah satu karya utamanya dalam bidang kimia, kitab al asrar (buku tentang rahasia). Ketika berada di Persia, al razi menulis untuk menshur ibn ishaq al samani dari sijistan sebuah karya setebal 10 jilid, yang berjudul kitab al thibb al manshuri, yang kemudian diterjemahkan  ke bahasa latin dan beberapa bagiannya diterjemahkan ke bahasa prancis dan jerman.
Ali ibn al abbas (haly abbas). Menulis buku untuk raja buwayhi yang berjudul al kitab al maliki, karya ini disebut juga kamil al shina’ah al thibbiyah, sebuah kamus penting yang meliputi pengetahuan dan praktik kedokteran .
Ibn sina, kraya-karya ilmiahnya yang paling terkenal antara lain kitab al syifa (buku tentang penyembuhan) dan al qanun fi al thibb, yang merupakan kondifikasi pemikiran kedokteran yunani-arab. Buku  ini diterjemahkan ke bahasa latin pada abad ke 12, yang segera menepati posisi penting dalam literature kedokteran masa itu dan menggantikan karya-karya sebelumnya, serta menjadi buku teks pendidikan kedokteran di sekolah-sekolah eropa. Pada abad ke 15 buku ini mengalami 15 kali cetak ulang dan sebagian diterjemahkan ke bahasa inggris. Buku itu membedakan antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru). Hingga abad 17  buku itu menjadi panduan utama ilmu kedokteran di barat dan masih digunakan di dunia timur islam[3]

  1. Dasar Dan Asas-Asas Pendidikan Dalam Al Quran
Dasar pendidikan

Qs : al hujurat, :13
Artinya : …..yang paling mulia diantara kamu di sisi allah ialah orang yang paling bertaqwa…. ,
Implikasinya dalam pendidikan ialah bahwa setiap orang memiliki hak dan dan pelayanan yang sama dalam pendidikan[4]
Qs : al anbiya : 107
Artinya : dan kami mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Dalam hal ini terkandung dasar rahmatan lil alamin, adalah dasar yang melihat bahwa seluruh karya setiap muslim termasuk dalam bidang pendidikan adalah berorientasi pada terwujudnya rahmat bagi seluruh alam.[5]
Asas pendidikan
Asas pendidikan adalah sejumlah ilmu yang secara fungsional sangat dibutuhkan untuk membangun konsep pendidikan, termasuk pula dalam melaksakannya.[6]

  1. Al Quran Sebagai Sumber Utama Hukum Islam

Qs : al hijr : 9
Artinya : sungguh kamilah yang menurunkan la qur an dan kamilah yang menjaganya.
Al quran sebagai sumber hukum islam, secara umum al quran meletakan batasan batasan bagi hukum islam, yang didalam batasan tersebut manusia dapat menunaikan perbuatannya. Al quran menuntun manusia dalam segala langkah kehidupannya ; rohaniah, pribadi, atau kolektif. Ia mengatur perilaku kepala Negara, sebagaimana juga orang awam, ia mengatur si kaya sebagaimana juaga si miskin. Untuk di masa damai ataupun di masa perang.



  1. As Sunah Sebagai Sumber Kedua Hukum Islam.

As sunah tebagi tiga : qauliyah (ucapan, pernyataan, dan persetujuan), fi’liyah (tindakan yang pernah dilakukan nabi), taqririyah (persetujuan nabi), sunah merupakan penjelas dan penguat hukum-hukum yang sudah dimuat di dalam al quran.[7]
Qs : an nahl : 64
Artinya : dan kami tidak menurunkan kitab (al quran) ini kepadamu (Muhammad), melainkan agar engakau dapat menjelaskan kepada mereka ……

  1. Sains dan islam

Tokoh dan bidang ilmu yang dikuasai. Abad ke-8 dan ke-9
  1. Jabir ibn hayyan, merupakan bapak ilmu kimia yang mendirikan labolatorium pertama.
  2. Al Khwarizmi, ia merupakan matematiaka ulung pertama
  3. Al kindi, merupakan filosuf dan pengembang ilmu pengetahuan
  4. Abu kamil syuja’, ahli aljabar islam tertua
  5. Ibn masawayh, dokter spesialis, penemu penyakit cacar dan darah tinggi.
  6. Al farghani, astronom yang karyanya banyak diterjemahkan
  7. Tsabit bin qurrah, ahli geometri terbesar yang membahas waktu matahari
  8. Al Battani, astronom yang melakukan observasi secara gemilang
  9. Habasy al-mawazi, astronom sejak remaja,
Tokoh dan bidang ilmu yang dikuasai abad ke-10
  1. Abu qasim az zahrawi, ahli bedah muslim yang reputasinya melebihi galen dan Hippocrates
  2. Al farabi, komentator aristoteles yang cerdas sejak kecil
  3. Al mas’udi, sejarawan pengembara
  4. Ibn amajur, astronom pencatat perjalanan bulan
  5. Ibn rusta, astronom yang teorinya berlandaskan al quran
  6. Ibn juljul, penulis biografi dan ahli kedokteran
  7. dll
Tokoh dan bidang ilmu yang dikuasai abad ke-11
  1. Ibn al haytsam, ahli fisika yang disegani bacon, da vinci, dan keppler
  2. Al karkhi, penulis paling orisinal di bidang aritmatika
  3. Ibn irak, ahli astronomi dan matematika
  4. Ibn sina, bapak kedokteran, penemu berbagai ilmu
  5. Abu ubayd al bakri, ahli ilmu bumi terbesar abad ke-11
  6. dll
Tokoh dan bidang ilmu yang dikuasai abad ke-12
  1. Ibn bajjah, ahli filsafat sekaligus ahli music
  2. Al idrisi, ahli geografi termasyhur
  3. Al khazini, ahli meteorology dan dokter ternama yang memaparkan teori gravitasi
  4. Ibn ghalib, ahli geografi dan sejarah yang menulis sejarah spanyol
  5. dll
Tokoh dan bidang ilmu yang dikuasai abad ke-13
  1. al bitruji, astronom yang mengenalkan teori gerak spiral
  2. ibn sa’ati, dokter dan ahli kunci
  3. abdul lathief, ahli anatomi
  4. ibn al baythar, dokter hewan, farmakolog dan penemu 300 macam obat
  5. al kazwini, ahli falak dan geografi kelas satu.
  6. dll[8]

  1. Sumbangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan
Bidang bidang kajian dalam kontribusi islam dalam peradaban dunia

  1. astronomi, bidang ilmu yang paling pertama kali menarik perhatian minat para ilmuwan muslim ialah astronomi dan matematika yang mendukung peribadatan islam. Seperti menentukan saat awal dan akhir ibadah puasa pada bulan rhamadhan, idul fitri dan haji dll.
  2. Matematika, matematika merupakan ilmu yang amat digemari bangsa arab islam. Berbagai asas penting ilmu hitung, geometri dan al jabar. Al jabar merupakan bukti nyata kebenaran bahwa ilmu itu merupakan ilmu hasil temuan para ilmuwan itu yang terlihat dari istilah dan konsep yang digunakan.
  3. Fisika, menurut A. hunboldt tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa orang arablah yang pertama kali menemukan ilmu fisika. Sayangnya karangan-karangan yang dibuktikannya telah hancur, sehingga kita hanya mengingat judul-judul tulisan itu saja. Karya-karya tentang optic, misalnya telah ditulis oleh Hassan ali haitam (alhhasen, 965-1039 M) merupakan dasar bagi bangunanilmu fisika, terutama tentang optic.
  4. Kimia, abu musa jakfar al kufi (djeber), adalah ahli kimia arab yang hidup pada paruh kedua abad 8 dan telah menulis semacam ensiklopedi dan rangkuman ilmu kimia, yang karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa latin.
  5. Ilmu hayat, farmapodia atau sejenis ensiklopedia tetumbuhan obat yang disusun bangsa arab muslim berisi tentang tetumbuhan dan bahan-bahan obat berisi jenis-jenis yang belum dikenal bangsa yunani.
  6. Kedokteran, dengan banyaknya kita ketahui ilmuan-ilmuan muslim yang berbicara tentang kedokteran dan menjadi sumber kajian di bidang kedokteran tersebut itu sudah menunjukan itu merupakan bentuk kiprah islam di bidang kedokteran, seperti ibn sina,  ar razi,  dll.
  7. Filsafat, perlu diingat bahwa dalam perenungan filsafat pikiran skolastik hanya merupakan bagian kecil dan tidak asli dari keseluruhan pemikiran teologis islam. Sebagai ilmuan para pemikir ilomuan muslim selalu berangkat dari sikap skeptic dan keingintahuan mereka tentang berbagai hal tentang masalah awal kejadian, maupun hokum sebab akibat.
  8. Sartra, berupa puisi-puisi dan nyanyian-nyanyian serta kisah atau tarihk yang didominasi oleh karya satra bangsa arab di Andalusia.
  9. Geografi dan sejarah
  10. Sosiologi dan ilmu politik
  11. Arsitektur dan seni rupa, seperti yang di tinggalkan di Andalusia.[9]



















Kesimpulan

Sejarah menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan sains dalam islam terdiri dari factor internal, yaitu dari dorongan yang sangat kuat dari diri orang arab muslim terhadap pengkajian ilmu pengetahuan di berbagai bidang, dan factor ekternal yaitu berupa seruan dari ajaran islam baik yang terdapat di dalam al quran maupun al hadits untuk menuntut ilmu dan dorongan dari pemerintah pada masa abbasiyah yang sangat tinggi perhatiannya terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Jenis-jenis sains yang berkembang meliputi berbagai aspek disiplin keilmuan, mulai dari sains, teknologi hingga ke sastra yang erat kaitannya dengtan arsitek.
Perkembangan itu terjadi pada masa bani abbasiyyah hingga beberapa abad terakhir. Kontribusinya terhadap umat sangat banyak, sekali yang mencangkup ilmu-ilmu yang telah berkembangan saat ini yang di kuasai oleh barat, namun itu tidak terlepas dari sumbangan islam terhadap di bidang ilmu pengetahuan oleh ilmuwan terdahulu.



Kritik dan saran.

Jika terdapat kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, dengan tangan terbuka kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Dan semoga apa yang kami uraikan di atas dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.








[1] Dasar-dasar pemikiran pendidikan islam, hal, 13-17
[2] Dasar-dasar pemikiran pendidikan islam, hal, 20-24.
[3] History of the arabs. Hal, 454-460
[4] Filsafat pendidikan islam edisi baru. hal. 62
[5] Filsafat pendidikan islam edisi baru, hal. 63
[6] Ibid hal, 64
[7] Islam : landasan alternative administrasi pembangunan.  hal. 57-70
[8] Ilmuwan muslim sepanjang sejarah
[9] Islamologi. hal. 197-220

Tidak ada komentar: