Minggu, 16 Maret 2014

TAREKAT NAQSYABANDI



TAREKAT NAQSYABANDI

Tarekat naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin bhauddin al-uwaisi al-bukhari (727-791 H) ia biasa disebut naqsyabandi diambil dari kata naqsyaband yang berrti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib. Tarekat ini banyak tersebar di Sumatra, jawa, maupun Sulawesi. Ke daerah sumatera barat, tepatnya daerah minangkabau, tarekat ini dibawa oleh syaikh ismail al-khalidi al- kurdi, sehingga di dikenal dengan tarekat naqsyabandiah al-khalidiyah[1]

A.    Berbagai Ritual Dan Teknik Spiritual Naqsyabandiyah

Asas-asas : oleh ’Abd al-khaliq
1.      Hush dar dam, sadar sewaktu bernafas.
Suatu latihan konsentrasi : sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas dan menghembuskan nafas dan ketika berhenti sebentar diantara keduanya perhatian kepada nafas dalam keadaan sadar akan allah memberikan kekyatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada allah. Lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dn membawa orang jauh dari allah (al-kurdi).
2.      Nazar ban qadam, menjaga langkah.
Sewaktu berjalan sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani) –nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.
3.      Safar dan watan, melakukan perjalanan di tanah kelahirannya.
Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai menusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia.
4.      Khalwat dar anjuman, sepi di tengah keramaian.
Khalwat bermakna menyapinya seorang pertapa, ajuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai “menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang-orang.
5.      Yad kard, ingat, menyebut.
Terus menerus mengulangi nama allah, dzikir tauhid (berisi formula laa ilaa ha ilallaah)
6.      Baz gasyt, kembali, memperbarui
Mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang.
7.      Niqah dasyt, waspada.
Menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu mewlakukan dzikir tauhid, untuk mencegah supaya pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran tetap akan tuhan. Dan untuk memelihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dangan makna kalimah tersebut.
8.      Yad dasyt, mengingat kembali
Penglihatan yang diberkahi, secara lansung menangkap dzat allah yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-nama-Nya, mengalami bahwa segalanya barasal dari allah yang esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak-berhingga.
9.      Waquf-I zamani, memeriksa penggunaan waktu seseorang
10.  Waquf-I ‘abadi, memeriksa hitungan dzikir seseorang
11.  Waquf-I qalbi, menjaga hati tetap terkontrol.
B.     Zikir Dan Wirid
Yaitu berulang-ulang menyebutr nama tuhan ataupun menyatakan kalmia laa ilaa ha ilallaah, untuk mencapai kesadarn akan tuhan yang lebih lansung dan permanaen. Zikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut tarekat naqsyabandiyah lebih serang melakukan  zikir secara sendir-sendiri.

C.    Muraqabah, Pengendalian Diri
Ada kategori latihan-l;atihan mistik lainnya yang hanya diajarkan kepada murid yang tingkatannya lebih tinggi , biasanya hanya kepada mereka yang telah menguasai zikir pada semua latha’if. Ini merupakan teknik-teknik konsentrasi dan meditasi.

D.    Rabithah Mursyid (Bi Al-Syaikh) Dan Rabithah Al-Qabr
Dalam pengamalannya sekarang ini rabithah al mursyid didahului oleh sebuah latihan yang agak berbeda dengan nama serupa rabithah al qabr, ini merupakan meditasi kematian, orang membayangkan kematiannya sendiri, bagaimana ia dimandikan, dikafani, disembahyangkan,dan dikuburkan, di dalam kubur ditanyai oleh malaikat. Menghadapi hari kebangkitan kembali dan pemisahan mereka yang telah beramal soleh dari mereka yang tidak. Tujuan dari latihan ini adalah untuk membebaskan diri seseorang Dari semua keterikatan kepada dunia dan membuka hatinya kepada tuhan.

E.     Khatm-I Khwajagan
Merupakan serangkaian wirid, ayat, salawat, dan do’a yang menutup setiap dzikir berjamaah.

F.     Tawajjuh
Istilah ini berarti “temu muka” tetapi dalam lingkungan naqsyabandiyah telah memperoleh beberapa arti khusus. Tewajjuh merupakan perjumpaan dimana seseorang membuka hatinya kepada syaikhnya dan membayangkan hatinya itu disirani berkah sang syekh.

G.    Baiat, Ijazah, Khalifah.
Mula-mula sang murid harus melakukan taubat yaitu dengan mengingat segala dosa-dosa di masa lampau, memohon pengampunan dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi semua kebiasaan jelek yang diperbuat dulu.

H.    Khalwat Atau Suluk
Menunjukan bahwa semula kegiatan menyepi dan melatih diri dengan bertapa itu dilaksanakan selama empat puluh hari. Di Indonesia istilah suluk yang secara harfiyah berrarti menempuh jalan spiritual.[2]


[1] Nata, abuddin. Akhlak tasawuf. Raja grafindo. 2000;Jakarta. Hal. 274
[2] Van bruinesen, martin. 1992.Tarekat naqsyabansiyah di Indonesia. Bandung;mizan. Hal. 76-88

Tidak ada komentar: