TAREKAT NAQSYABANDI
Tarekat naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin bhauddin al-uwaisi
al-bukhari (727-791 H) ia biasa disebut naqsyabandi diambil dari kata
naqsyaband yang berrti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan lukisan
kehidupan yang ghaib-ghaib. Tarekat ini banyak tersebar di Sumatra, jawa,
maupun Sulawesi. Ke daerah sumatera barat, tepatnya daerah minangkabau, tarekat
ini dibawa oleh syaikh ismail al-khalidi al- kurdi, sehingga di dikenal dengan
tarekat naqsyabandiah al-khalidiyah[1]
A.
Berbagai
Ritual Dan Teknik Spiritual Naqsyabandiyah
Asas-asas :
oleh ’Abd al-khaliq
1.
Hush dar
dam, sadar sewaktu bernafas.
Suatu latihan konsentrasi : sufi yang bersangkutan haruslah sadar
setiap menarik nafas dan menghembuskan nafas dan ketika berhenti sebentar
diantara keduanya perhatian kepada nafas dalam keadaan sadar akan allah
memberikan kekyatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada allah. Lupa
atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dn membawa orang jauh dari
allah (al-kurdi).
2.
Nazar ban
qadam, menjaga langkah.
Sewaktu berjalan sang murid haruslah menjaga langkah-langkahnya,
sewaktu duduk memandang lurus ke depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan
(ruhani) –nya tidak dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak
relevan.
3.
Safar dan
watan, melakukan perjalanan di tanah kelahirannya.
Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk
ketidaksempurnaannya sebagai menusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai
makhluk yang mulia.
4.
Khalwat dar
anjuman, sepi di tengah keramaian.
Khalwat bermakna menyapinya seorang pertapa, ajuman dapat berarti
perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai “menyibukkan
diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya
bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang-orang.
5.
Yad kard,
ingat, menyebut.
Terus menerus mengulangi nama allah, dzikir tauhid (berisi formula
laa ilaa ha ilallaah)
6.
Baz gasyt,
kembali, memperbarui
Mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang
menyimpang.
7.
Niqah
dasyt, waspada.
Menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu mewlakukan dzikir
tauhid, untuk mencegah supaya pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari
kesadaran tetap akan tuhan. Dan untuk memelihara pikiran dan perilaku seseorang
agar sesuai dangan makna kalimah tersebut.
8.
Yad dasyt,
mengingat kembali
Penglihatan yang diberkahi, secara lansung menangkap dzat allah yang
berbeda dari sifat-sifat dan nama-nama-Nya, mengalami bahwa segalanya barasal
dari allah yang esa dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke
tak-berhingga.
9.
Waquf-I
zamani, memeriksa penggunaan waktu seseorang
10. Waquf-I ‘abadi, memeriksa hitungan dzikir
seseorang
11. Waquf-I qalbi, menjaga hati tetap terkontrol.
B.
Zikir
Dan Wirid
Yaitu berulang-ulang menyebutr nama tuhan ataupun menyatakan kalmia
laa ilaa ha ilallaah, untuk mencapai kesadarn akan tuhan yang lebih lansung dan
permanaen. Zikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.
Banyak penganut tarekat naqsyabandiyah lebih serang melakukan zikir secara sendir-sendiri.
C.
Muraqabah,
Pengendalian Diri
Ada kategori latihan-l;atihan mistik lainnya yang hanya diajarkan
kepada murid yang tingkatannya lebih tinggi , biasanya hanya kepada mereka yang
telah menguasai zikir pada semua latha’if. Ini merupakan teknik-teknik
konsentrasi dan meditasi.
D.
Rabithah
Mursyid (Bi Al-Syaikh) Dan Rabithah Al-Qabr
Dalam pengamalannya sekarang ini rabithah al mursyid didahului oleh
sebuah latihan yang agak berbeda dengan nama serupa rabithah al qabr, ini
merupakan meditasi kematian, orang membayangkan kematiannya sendiri, bagaimana
ia dimandikan, dikafani, disembahyangkan,dan dikuburkan, di dalam kubur
ditanyai oleh malaikat. Menghadapi hari kebangkitan kembali dan pemisahan
mereka yang telah beramal soleh dari mereka yang tidak. Tujuan dari latihan ini
adalah untuk membebaskan diri seseorang Dari semua keterikatan kepada dunia dan
membuka hatinya kepada tuhan.
E.
Khatm-I
Khwajagan
Merupakan serangkaian wirid, ayat, salawat, dan do’a yang menutup
setiap dzikir berjamaah.
F.
Tawajjuh
Istilah ini berarti “temu muka” tetapi dalam lingkungan
naqsyabandiyah telah memperoleh beberapa arti khusus. Tewajjuh merupakan
perjumpaan dimana seseorang membuka hatinya kepada syaikhnya dan membayangkan
hatinya itu disirani berkah sang syekh.
G.
Baiat,
Ijazah, Khalifah.
Mula-mula sang murid harus melakukan taubat yaitu dengan mengingat
segala dosa-dosa di masa lampau, memohon pengampunan dan bertekad untuk tidak
mengulangi lagi semua kebiasaan jelek yang diperbuat dulu.
H.
Khalwat
Atau Suluk
Menunjukan bahwa semula kegiatan menyepi dan melatih diri dengan
bertapa itu dilaksanakan selama empat puluh hari. Di Indonesia istilah suluk
yang secara harfiyah berrarti menempuh jalan spiritual.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar