GANGGUAN DI MASA ANAK ANAK
A.
Klasifikasi
Gangguan Di Masa Anak-Anak
·
Gangguan
pemusatan perhatian
Salah
satu gangguan eksternalisasi adalah gangguan pemusatan perhatian yang disebut
dengan hiperaktivitas (ADHD).
Karakteristiknya
anak tersebut selalu melakukan aktifitas seperti:
1.
Selalu bergerak
2.
Mengetuk-ngetukan
jari
3.
Menggoyang-goyangkan
kaki
4.
Mendorong tubuh
anak lain tanpa alas an yang jelas
5.
Berbicara tanpa
henti
6.
Bergerak gelisah
7.
Sulit
berkonsentrasi pada tugas
Anak
anak yang mengalami ADHD tampak mengalami kesulitan untuk mengendalikan
aktivitas mereka dalam berbagai situasi yang menghendaki mereka duduk tenang
seperti di dalam kelas dan saat makan. Mreka terdisorganisasi, eratik, tidak
berperasaan, keras kepala dan bossy. Aktivitas dan gerakan mereka tampak tidak
teratur dan tidak terarah serta cendrung berprilaku agresif. ADHD lebih
berhubungan dengan perilaku tidak mengerjakan tugas di sekolah, klemahan
kognitif dan rendahnya prestasi, dan prognosis jangka panjang lebih baik.
Ada
tiga kategori sintom-sintom ADHD
1.
Tipe predominan
inatentif, masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi.
2.
Tipe predominan
hiperaktif-implusif, diakibatkan oleh prilaku hiperaktif implusif
3.
Tipe kombinasi,
yaitu anak-anak yang mengalami kedua rangkaian masalah diatas. Tipe ini paling
banyak dialami oleh anak-anak ADHD.
Teori
psikologis ADHD, Bruno Bettelheim 1973
Menyatakan
bahwa hiperaktivitas terjadi bila suatu predisposisi terhadap gangguan tersebut
dipasangkan dengan pola asung orang tua yang otoritarian.
Penanganan
ADHD
1.
Dengan obat
stimulant, metilfenidat atau Ritalin, amfetamin, adderal, pemolin, atau cylert.
2.
Penanganan
psikologis, mencakup pelatihan bagi orang tua da perubahan manajemen kelas
berdasarkan prinsip-prinsip pengondisian operan.
·
Gangguan
tingkah laku
Merupakan
gangguan utama lain dalam kelompok gangguan eksternalisasi.
Tipe
perilaku yang dianggap sebagai sintom adalah:
1.
Agresi dan
kekejian terhadap orang lain dan hewan
2.
Merusak
kepemilikan
3.
Berbohong dan
mencuri
Gangguan
tingkah laku merujuk berbagai tindakan yang kasar dan sering dilakukan jauh
melampaui kenakalan dan tipuan praktis yang umum dilakukan anak-anak dan
remaja.
Kriteria
gangguan tingkah laku dalam DSM-V-TR
1.
Pola perilaku
yang berulang dan tetap yang melanggar hak-hak dasar orang lain atau
norma-norma sosial konvensional yang terwujud dalam
bentuk tiga atau lebih perilaku berikut
a.
Agresi terhadap
orang lain dan hewan, termasuk pemaksaan seksual
b.
Menghancurkan
kepemilikan (property)
c.
Berbohong atau
mencuri
d.
Melanggar aturan
yang serius
2.
Disabilitas
signifikan dalam fungsi sosial, akademik,
atau pekerjaan
3.
Jika yang
bersangkutan berusia lebih 18 tahun, kriteria yang ada tidak memenuhi gangguan
kepribadian antisocial.
Faktor
resiko gangguan tingkah laku
1.
Faktor
biologis, berkaitan dengan gen
2.
Faktor psikologis,
menyangkut proses perkembangan, seperti pewrkembangan kesadaran moral,
perkembangan naluri mengenai yang benar dan yang salah, perkembangan kemampuan,
keinginan untuk mentaati nilai dan norma.
Penanganan gangguan tingkah laku
1.
Intervensi
keluarga, mencangkup pelatihan manajemen pola asuh (PMP), di sisni orang tua
diajari untuk mengubah berbagai respon terhadap anak-anak mereka sehingga
berperilaku prososial dan dihargai secara konsisten.
2.
Enangan
multisistemik, (PMS), mencangkup pemberian berbagai terapi intensif dan
komprehensif di dalam komunitas dengan menargentkan para remaja, keluarga,
sekolah, dan kelompok sebaya.
B.
Disabilitas Belajar
Merajuk kepada kondisi tidak memadainya perkembangan
dalam suatu bidang akademik tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan
motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme, gangguan fisik
yang dapat terlihat, atau kurangnya kesempatan pendidikan.
·
Ganggguan perkembangan belajar
Kriteria gangguan perkembangan belajar
a.
Prestasi
dalam bidang membaca, berhitung, atau menulis ekspresif di bawah tingkat yang
diharapkan sesuai usia penderita, pendidikan dan intelegensi
b.
Sangat
menghambat performa akademik atau ativitas sehari-hari.
Gangguan ini mencangkup tiga kategori yaitu:
a.
Gangguan
membaca (disleksia), mengalami kesulitan besar untuk mengenali kata, memahami
bacaan, dan menulis ejaan.
b.
Gangguan
menulis ekspresif, gangguan menyusun kata tertulis, kesalahan ejaan, kesalahan
tata bahasa atau tanda baca, atau
tulisan tangan yang sangat buruk.
c.
Gangguan
menghitung, mengalami kesulitan dalam mengingat fakta-fakta secara cepat dan
akurat, menghitung objek dengan benar dan cepat, atau mengurutkan angka-angka
dalam kolom-kolom.
·
Gangguan komunikasi
a.
Dalam
gangguan berbahasa ekspresif, anak mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya
dalam berbicara.
b.
Gangguan
fonetik, ia mampu mengusai dan menggunakan pembandaharaan kata dalam jumlah
besar, namun pengucapannya tidak jelas. Contah biru, diucapkan dengan biu.
c.
Gagap,
gangguan kefasihan verbal yang ditandai oleh:
o
Seringnya
pengulangan atau pemanjangan pengucapan konsonan atau vokal
o
Jeda yang
lama antara pengucapan satu kata dengan kata berikutnya
o
Megganti
kata-kata yang sulit diucapkan dengan kata-kata yang mudah diucapkan.
·
Gangguan keterampilan motorik
Disebut juga dengan gangguan koordinasi perkembangan yang
disebabkan retardasi mental atau gangguan fisik lain seperti serebral palsi.
·
Etiologi disabilitas belajar
Etiologi disleksia, anak-anak yang mengalamai masalah
membaca melihat huruf-huruf dalam posisi sebaliknya atau dalam citra cermin,
melihat sebagai huruf lain. Sebagian besar anak membaca huruf secara terbalik
ketika pertama kali belajar membaca, namun para individu disleksia sekalipun
sangat jarang melihat huruf secara
terbalik setelah berusia 9 atau 10 tahun.
·
Penanganan disabilitas belajar
a.
Pendekatan
edukasional, mencangkup mengidentifikasi dan menggunakan kekuatan kognitif anak
seraya menghindari kelemahannya
b.
Menargetkan
keterampilan belajar dan strategi organisasional
c.
Mengajarkan
strategi instruksi diri secara verbal
·
Retardasi Mental
1.
Kriteria
retardasi mental dalam DSM-IV-TR
a.
Fungsi
intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata, IQ kurang
dari 70
b.
Kurangnya
fungsional sosial adaptif dalam minimal dalam dua bidang berikut:
o
Komunikasi
o
Mengurus
diri sendiri
o
Kehidupan
keluarga
o
Keterampilan
interpersonal
o
Penggunaan
sumber daya komunitas
o
Kemampuan
untuk mengambil keputusan sendiri
o
Keterampilan
akademik fungsional
o
Rekreasi
o
Pekerjaan
o
Kesehatan
dan keamanan
c.
Onset
sebelum usia 18 tahun
2.
Fungsi
adaptif, merajuk pada penguasaan keterampilan masa kanak-kanak seperti
menggunakan toilet dan berpakaian, memahami konsep waktu luang dan uang, mampu mengguanakan
peralatan, berbelanja dan melakukan perjalanan menggunakan transportasi umum,
dan mengembangkan responsivitas sosial.
3.
Klasifikasi
retardasi mental
a.
Retardasi
mental ringan, IQ 50-55 hingga 70
b.
Retardasi
mental sedang, IQ 35-40 hingga 50-55
c.
Retardasi
mental berat, IQ 20-25 hingga 35-40
d.
Retardasi
mental sangat berat, IQ di bawah 20-25
4.
Etiologi
retardasi mental, penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi umumnya adalah
penyebab biologis.
5.
Intervensi
kognitif, banyak anak yang mengalami retardasi mental tidak mampu menggunakan
berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah dan bila mereka memilki strategi
, mereka seringkali tidak menerapkannya secara efektif.
6.
Pencegahan
dan penanganan retardasi mental
a.
Penganan
residensial,
memberikan layanan pendidikan dan layanan masyarakat bagi para individu
tersebut dan bukan perawatan yang sangat bersifat pengawasan seperti di
rumah-rumah sakit jiwa besar.
b.
Intervensi
behavioral berbasis pengondisian Operant, disebut juga analisis perilaku terapan, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang
tidak pada tempatnya dan perilaku mencedrai diri sendiri.
·
Gangguan Autistik
Karakteristik gangguan autistik (kriteria gangguan autistik dalam
DSM-IV-TR)
1.
Enam atau
lebih dari kriteria pada A, B, dan C di bawah ini, dengan minimal dua kriteria
dari A dan masing-masing satu dari B dan C.
a.
Handaya
dalam interaksi sosial yang terwujud dalam minimal dua dari krieria berikut:
1.
Hendaya yang
tampak jelas dalam pengguanaan perilaku non verbal seperti kontak mata,
ekspresi wajah, bahasa tubuh
2.
Kelemahan
dalam perkembangan hubungan dengan anak-anak sebaya sesuai dengan tahapan
perkembangan
3.
Kurang
melakukan hal-hal atau aktivitas bersama orang lain secara spontan
4.
Kurangnya
ketimbal balikan sosial atau emosional
b.
Hendaya
dalam komunikasi seperti terwujud dalam minimal satu dari kriteria berikut
o
Keterlambatan
atau sangat kurangnya bahasa bicara tanpa upaya untuk menggantinya dengan
gerakan nonverbal
o
Pada mereka
yang cukup mampu bicara, hendaya yang tampak jelas dalam kemampuan untuk
mengawali atau mempertahankan percakapan dengan orang lain.
o
Bahasa yang
diulang-ulang atau indiosinkratik
o
Kurang
bermain sesuai tahap perkembangannya
2.
Perilaku
atau minat yang diulang-ulang atau stereotip, terwujud dalam minimal satu dari
kriteria berikut ini
a.
Preokupasi
yang tidak normal pada objek atau aktivitas tertentu
b.
Keterkaitan
yang kaku pada ritual tertentu
c.
Tingkah laku
stereotip
d.
Preokupasi
yang tidak normal pada bagian tertentu dari suatu objek
e.
Keterlambatan
atau keberfungsian abnormal dari minimal satu dari bidang berikut, berawal
sebelum usia tiga tahun:
o
Interaksi
sosial
o
Bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain
o
Permainan
imajinatif
f.
Gangguan
yang tidak dapat dijelaskan sebagai gangguan Rett atau gangguan disintegratif
di masa kanak-kanak.
·
Etiologi gangguan autistik
1.
Basis
psikologis
a.
Teori psikoanalisis, pada
dasarnya autisme sangat mirip dengan apati dan keputusasaan yang dialami oleh
para penghuni kamp-kamp konsentrasi jerman dalam perang dunia II karena itu
sesuatu yang amat sangat merusak pasti telah terjadi di usia dini.
b.
Teori behavioral, bahwa pengalaman
belajar tertentu di masa kanak-kanak dapat menyebabkan autisme.
c.
Evaluasi terhadap teori psikologis mengenai gangguan
autistik, inti dari kedua teori di atas adalah peran penting dari
orang tua. Beberapa artikel klinis terdahulu berpendapat bahwa orang tua
anak-anak autistik tidak memiliki kehangatan, membuat jarak, tidak sensitif,
pasif, dan apatetik
2.
Basis
biologis
a.
Faktor genetik
b.
Faktor
neurologis, gelombang otak abnormal
·
Penanganan gangguan autistik
1.
Penanganan
behavioral, menggunakan modeling dan pengondisian operant. Para terapis
perilaku mengajari anak–anak autistik untuk berbicara, mengubah bicara ekolalik
mereka, mendorong mereka untuk bermain dengan anak lain dan membantu mereka
secara umum lebih responsif kepada orang dewasa.
2.
Penanganan
psikodinamika, bahwa atmosfer yang hangat dan penuh kasih sayang harus
diciptakan untuk medorong si anak memasuki dunia.
3.
Penanganan
dengan obat-obatan, seperti haloperidol (haldol).
GANGGUAN MASA TUA
A.
Usia Tua Dan Gangguan Otak
·
Demensia, Kepikunan
Merupakan kemunduran kemampuan intelektual hingga ke
titik yang melemahkan fungsi sosial dan pekerjaan.
1.
Penyebab
demensia, Penyakit alzheimer, diklasifikasiakan menjadi empat tipe;
a.
Perubahan
fisiologis utama pada otak
b.
Demensia
frontal-temporal, perubahan perilaku dan kepribadian yang ekstrem
c.
Demensia
frontal subkortikal, demensia yang memengaruhi sirkuit dalam otak yang menjulur
dari daerah subkortikal ke korteks.
d.
Penyebab
lainnya yang tidak dapat disembuhkan. Ensafalitis, peradangan jaringan otak
yang disebabkan virus yang masuk melalui sinus atau telinga, gigitan nyamuk,
atau kutu.
2.
Penangana
dimensia
a.
Penanganan
alzheimer, dengan meningkatkan kadar neurotransmiter yang menghasilkan
asetilkolin (bersifat biologis) untuk penanganan psikologis dapat dilakukan
melalui suportif (dukungan) dari keluarga.
·
Delirium
Bahasa latin (de=dari/dari luar, lira=celah/jalur), kabur
kesadaran yang menyebabkan ia sulit untuk terlibat dalam percakapan
1.
Kriteria
delirium dalam DSM-IV-TR
a.
Gangguan
kesadaran (berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan dan sulit memusatkan
perhatian)
b.
Suatu
perubahan dalam kognisi seperti gangguan bicara tau gangguan perseptual yang
tidak dapat dijelaskan dengan demensia
c.
Berkembang
dengan cepat, seperti dalam beberapa jam atau hari, dan terjadi fluktuasi dalam
suatu hari
d.
Bukti adanya
kondisi medis yang menyebabkannya, seperti malnutrisi.
2.
Penyebab
delirium
a.
Intoksikasi
obat dan putus obat
b.
Ketidakseimbangan
metabolisme dan nutrisi, seperti diabetes yang tidak terkendali dan disfungsi
tiroid
c.
Infeksi atau
demam
d.
Gangguan
neurologis
e.
Stress
karena perubahan lingkungan sekeliling
3.
Penanganan
delirium, memeberikan pendidikan kepada keluarga penderita demensia untuk
mengenali sintom-sintom delirium dan mengetahui bahwa gangguan tersebut dapat
dipulihkan.
B.
Usia Lanjut Dan Gangguan Psikologis
·
Depresi
1.
Karakteristik
depresi pada orang lanjut usia dan dewasa
a.
Rasa
khawatir
b.
Rasa tidak
berguna
c.
Sedih,
pesimis, fatik
d.
Tidak dapat
tidur
e.
Dan sulit
mengerjakan segala sesuatu
2.
Penyebab
depresi, penyakit fisik, obat-obat untuk menengani penyakit fisik bisa
menyebabkan depresi, peristiwa hidup yang dialami, dan faktor sosial lain.
3.
Penanganan
depresi
a.
menggunakan
intervesi psikologis dan farmakologis
b.
terapi
kognitif dan biblioterapi (memebaca buku-buku yang mamapu mengatasi masalah
psikologis)
c.
psikoterapi
interpersonal (IPT)
d.
terapi
elektrokonvulsif, untuk pasien yang memberikan respon positif.
·
Gangguan anxietas
1.
Penyebab
anxietas
a.
Kecemasan
ketika memasuki usia tua
b.
Reaksi atas kekwatiran
menderita sakit dan menjadi lemah
c.
Reaksi
terhadap mengkonsumsi obet tertentu
d.
Hipolisemia
dan anemia
e.
Gangguan
endokrin
2.
Penanganan
anxietas, penanganan secara psikologis, dan menghindari faktor pemicu seperti
pemberian obat yang bisa menyebabkan kecemasan.
·
Gangguan delusional (paranoid)
1.
Penyebab
gangguan delusional, kerusakan sensorik khususnya kerusakan pendengaran
2.
Penenganan gangguan
delusional
a.
melalui
pendekatan suportif dimana terapis memberikan pengertian empirik kepada pasien
atas kekwatirannya.
b.
Menggunakan
alat bantu pendengaran atau kacamata untuk meningkatkan kualitas mereka dalam
melakukan hubungan sosial
·
Skizofrenia
Pada usia lanjut disebut parafrenia. Mencangkup
halusinasi dan delusi paranoid yang lebih banyak.
1.
Penyebab,
faktor kesendirian seringkali memicu skizofrenia tersebur, kesepian dan
kurangnya interaksi sosial, faktor sosioekonomi serta genetik.
2.
Penanganan
skizofrenia
a.
obat-obat
antipsikotik
b.
hubungan
terapeutik yang suporif
c.
intervensi
terapi perilaku kognitif (CBT)
·
gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat
1.
penyalahgunaan
dan ketergantungan alkohol
2.
penyalahgunaan
obat-obat terlarang
3.
penyalahgunaan
pengobatan, penyalahgunaan pengobatan, dengan sengaja atau tanpa sengaja dapat
menjadi masalah serius di kalangan pasien berusia lanjut dan dapat menyebabkan
delirium.
·
Hipokondriasis
Merupakan serangkaian masalah fisik. Diantaranya sakit pada kaki dan
punggung, pncernaan yang buruk, sembelit, sesak nafas, dan kedinginan yang amat
sangat.
·
Gangguan tidur (insomnia)
1.
Penyabab
insomnia
a.
Perubahan
yang sehubungan dengan penuaan
b.
Berbagai
macam penyakit
c.
Obat-obatan
d.
Kafein
e.
Kecemasan,
depresi
f.
Kurang
beraktifitas
g.
Kebiasaan
tidur yang buruk
2.
Apnea tidur,
merupakan gangguan pernapasan dimana napas berulang kali terhenti selama beberapa
detik hingga setengah menit ketika orang yang bersangkutan dalam keadaan tidur.
3.
Penanganan
gangguan tidur
a.
Dengan obat,
untuk jangka pendek
b.
Intervensi
kognitif behavioral, efektif untuk jangka panjang
·
Bunuh diri
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang bunuh diri.
1.
Penyakit
fisik yang serius dan kelemahan fungsional
2.
Penyakit
psikiatrik
3.
Rasa putus
asa
4.
Isolasi
sosial
5.
Kehilangan
orang-orang yang dicintai
6.
Kondisi
keuangan yang buruk dan depresi.
·
Seksualitas dan penuaan
1.
Bertentangan
dengan stereotip, banyak orang lanjut usia yang tetap aktif berhubungan seks.
Berbagai studi mengindikasikan bahwa frekuensi aktivitas seksual dikalangan
mereka yang berusia 70-an sama tingginya dengan mereka yang berusia paruh baya.
2.
Masalah yang
berhubungan dengan usia, penyakit fisik dapat menghambat hubungan seksual pada
orang lanjut usia, karena pada usia ini ia menderita lebih banyak penyakit
kronis, potensi hambatan yang bersumber dari penyakit dan obat-obatan lebih
besar.
3.
Penanganan
disfungsi seksual, dengan membuat fakta-fakta mengenai seksualitas pada usia
tua dapat diketahui masyarakat umum dan para profesional yang menangani
kebutuhan kesehatan medis dan mental mereka. Dan meningkatkan kondisi fisik
mereka.
C.
Penanganan Dan Perawatan Orang Lanjut Usia
·
Panti wreda
Merupkan sentra perawatan institusional bagi para lanjut
usia yang menderita penyakit kronis parah dan gangguan mental
·
Tempat tinggal alternatif
Tempat tinggal dengan fasilitas asisten dan pelayanan
setara denga hotel dan lebih berprivasi di banding panti wreda.
·
Perawatan berbasis komunitas, diantaranya layanan
seperti:
1.
Pemastian
melalui telepon
2.
Layanan
rumah
3.
Kunjungan
rumah
4.
Membantu
berbelanja dan pekerjaan ringan
5.
Pusat lanjut
usia
6.
Rumah
penampungan
7.
Kunjungan
rumah oleh para profesional kesehatan
8.
Kunjungan
sosial rutin
9.
Layanan
siang hari bagi orang dewasa, kesehatan dan sosial setting
D.
Isu Spesifik Dalam Terapi Bagi Orang Lanjut Usia
·
Isi terapi
1.
Distress
emosional orang lansia merupakan reaksi realistis terhadap berbagai masalah
dalam hidup
2.
Terapinya
harus turut mempertimbangkan konteks sosial dimana mereka tinggal, sesuatu yang
tidak dapat dilakukan hanya dengan membaca literatur profesional.
3.
Pemenuhan
kebutuhan sosial yang berbeda dengan orang usia muda.
·
Proses terapi
1.
Meningkatkan
kemandirian
2.
Meningkatkan
keterampilan
3.
Penanganan
pasien usia lanjut berhubungan dengan konsep analitis kontratransferensi.
ETIKA DALAM INTERVERENSI
PSIKOLOGIS
A.
Hambatan Etika Dalam Penelitian
Pelanggaran etika yang paling berat ditunjukan dalam
berbagai eksperimen brutal yang dilakukan oleh para dokter jerman terhadap para
tawanan di kamp konsentrasi dalam perang dunia II. Salah satu contoh, meneliti
berapa lama orang dapat bertahan hidup bila kepala mereka berulang kali
dihantam dengan sebuah tongkat yang berat. Sekalipun jika informasi penting
dapat diperoleh dalam eksperimen semacam itu, tindakan tersebut malnggar rasa
kepantasan dan moralitas.
·
Pernyataan persetujuan
Peneliti
harus memberi cukup informasi yang dapat membuat orang-orang menilai apakah mereka
bersedia menanggung semua resiko dengan menjadi peserta. Para calon secara hukum harus mampu memberi persetujuan dan tidak boleh ada
ketidakjujuran atau paksaan dalam memperoleh persetujuan tersebut.
·
Kerahasiaan dan komunikasi istimewa
Bila seorang individu berkonsultasi dengan dokter,
psikiater atau psikolog klinis, ia dijamin oleh kode etik profesional, bahwa
apa yang terjadi dalam sesi akan tetap dirahasiakan. Kerahasiaan berarti bahwa
tidak ada satu hal pun yang akan diungkapkan kepada pihak ketiga, kecuali
kepada profesional lain dan mereka yang terlibat erat dengan penangan seperti
perawat atau sekretaris medis.
Walaupun demikian terdapat pembatasan penting dalam komunikasi istimewa, dan hak ini dihapuskan dalam beberapa situasi
berikut:
1.
Klien
menuduh terapis melakukan malapraktik. Dalam kasus demikian, terapis dapat
membuka informasi tentang terapi demi membela dirinya dalam setiap tindakan
hukum yang dilakukan oleh klien.
2.
Klien
berusia kurang dari 16 tahun dan terapis memiliki alasan untuk meyakini bahwa
anak tersebut telah menjadi korban kejahatan seperti penganiayaan anak. Pada kenyataannya,
psikolog diwajibkan untuk melaporkan ke polisi atau lembaga kesejahteraan anak dalam
36 jam sejak ia mencurigai terjadinyapenganiayaan fisik pada klien
anak-anaknya, termasuk kecurigaan mengenai penganiayaan seksual.
3.
Klien
menjalani terapi dengan harapan menghindari hukum karena melakukan tindak
kejahatan atau berencana melakukannya.
4.
Terapi
menilai bahwa klien berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain dan jika
pengungkapan informasi diperlukan untuk menghindari bahaya tersebut.
·
Siapakah klien atau pasien
Dalam terapi privat, bila sorang dewasa membayar seorang
ahli klinis untuk membantunya mengatasi masalah pribadi yang sama sekali tidak
berkaitan dengan sistem hukum, individu yang berkonsultasi tersebut jelas
adalah klien. Namun bisa saja ahli klinis dibayar oleh keluarga seseorang untuk
membantunya dalam menjalani persidangan komitmen sipil. Mungkin ahli klinis
diperkerjakan oleh sebuah rumah sakit jiwa seagai staf tetap dan menangani
pasien tertentu terkait masalah pengendalian implus-implus agresif.
·
Pilihan tujuan
Idealnya klienlah yang menetukan tujuan terapi, namun
dalam praktiknya adalah naif untuk mengasumsikan bahwa beberapa tujuan tidak
ditetapkan oleh terapis dan bahkan dapat bertentangan dengan keinginan klien.
·
Pilihan teknik
Tujuan tidak membenarkan cara, psinsip tersebut dianggap
instrinsik bagi suatu masyarakat merdeka. Terdapat suatu kepedulian khusus
mengenai etika memberikan rasa sakit untuk tujuan terapi.
B.
Dimensi Etika Dan Hukum Dalam Memori Yang Pulih
Menyatakan bahwa para terapis harus tetap netral ketika
seorang pasien menuturkan tentang penganiayaan. Karena sintom-sintom tertentu,
contohnya: menghindari kontak seksual, dapat memiliki banyak kemungkinan
penyabab, menurut “APA” tidak etis untuk mengatribusikan sintom-sintom semacam
itu pada memori tentang penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak yang ditekan
tanpa bukti yang menguatkan.
Sebuah diagnosis yang salah mengenai memori penganiayaan
seksual yang direpres tidak hanya dapat membahayakan pasien, namun juga
orang-orang yang oleh pasien dituduh telah mencabulinya bertahun-tahun yang
lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar