Selasa, 27 Oktober 2015

Taubat (perspektif tasawuf)



Taubat (Al-Taubah)

Yaitu, memohon ampun disertai janji tidak akan mengulangi lagi.
Al-kalabadzi : seseorang telah melupakan dosanya, dalam arti ia telah melupakan segala manisnya dosa sama sekali dalam hatinya. Oleh karena itu orang yang telah bertaubat, atau tobatnya telah diterima, tidak tertarik lagi kepada dosa yang pernah dilakukan.[1]

Qs : at taubah, 102
Dan ada pula orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, yang mencapur adukan perbuatan baik dengan yang buruk. Mudah-mudahan allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.

Qs : an nuur, 31
Bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kalian tergolong orang yang beruntung.
Sabda nabi Muhammad saw :
Sesungguhnya hatiku diselubungi oleh dosa, maka aku mohon ampunan kepada allah tujuh puluh kali setiap hari.
Al qusyairi berkata : sesungguhnya pemilik ushul dari ahli Sunnah, mereka berkata : syarat taubat itu ada tiga :
a.       Menyesali apa yang telah diperbuat dari pelanggaran-pelanggaran
b.      Meninggalkan perbuatannya seketika itu juga
c.       Berniat kuat untuk tidak kembali kepada maksiat.
Tiga syarat ini merupakan kewajiban bagi orang yang bertaubat dengan taubatan nashuha. Taubat itu memiliki tertib, sebab-sebab, dan bagian-bagian.
a.       Adanya perhatian dari hati agar tidak lalai dan pengetahuan seorang hamba tentang keburukan dari keadaan yang dialami. Untuk sampai ke kondisi ini adalah dengan taufiq, dengan menyimak apa yang terdetik di dalam hatinya tentang apa yang menjadi kendala terhadap al hak dan harus yakin bahwa allah subhanahu wa ta’ala mendengar apa yang ada di dalam hatinya. Taubat para sufi benar-benar bersih sehingga tidak berbekas pada dirinya perbuatan maksiat, baik maksiat tersembunyi maupun maksiat terang-terangan. Taubat seorang sufi bukan hanya taubat dari perilaku maksiat, akan tetapi taubat dari keinginan-keinginan hati yang berdosa, karena menurut mereka hal tersebut merupakan godaan dan was-was setan.
b.      Taubat karena kelalaian untuk melakukan al-muraqabah (pemantauan) terhadap gerak hatinya, sehingga ia berniat untuk melakukan apa yang terdapat di dalam hatinya itu dan beranggapan bahwa perbuatan itu tidak dibenci oleh allah, seperti ujub, takabur, hasud, mencela. Akan tetapi setelah ia sadar akan kelalaiannya, ia terkejut dan segera mengosongakan apa yang terdapat di dalam hatinya serta menyesalinya dan segera melepaskannya.
c.       Perbuatan hati yang lebih lalai dalam al muraqabah, sehingga dirinya benar-benar berniat untuk melakukan apa yang dilarang oleh allah, akan tetapi setelah ia sadar akan niatnya itu, segera menyesali dan meninggalkan apa yang telah kuat menjadi niatnya itu
d.      Kelalaian dirinya sehingga hatinya ingin berbuat sesuatu yang dilarang allah , sekalipun di awal perbuatan itu, atau begitu ia ingin berbuat, ia segera sadar dan segera berhenti lalu menyesali apa yang telah diperbuat dan segera taubat sebelum ia melakukan.
e.       Tinggalkan yang lebih buruk, yaitu ia taubat setelah melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh allah dan tidak mengulanginya.
f.       Kelalaian sehingga dirinya berbuat perbuatan yang dilarang oleh allah dan selalu berbuat dosa, seperti seseorang yang mendzalimi orang lain lantas ia ingin taubat, sekalipun dalam kenyataannya tidak pernah bertaubat karena berat untuk meninggalkan perbuatan itu.[2]

Tobat Dan Istighfar

            Setelah mengetahui aib dalam diri,  misalnya nifaq, hasad, takbur, dll. Berkat dilakukannya selfkoreksi (mawas diri), meningkatkan kesadaran akan bahayanya, maka kemudian dilakukan taubat, kembali kepada jalan allah yang lurus, meluruskan sifat dan sikap mental pada sifat dan sikap yang diredhai oleh-Nya, seraya memohon ampun, karena allah mah menerima taubat dan maha pengampun.

“mintalah ampun kepada tuhanmu dan kembali bertaubatlah kepada-Nya”
QS hud : 3

Dan orang-orang yang telah berbuat kejelekan atau menganiaya diri-diri mereka sendiri, maka mereka ingat kepada allah dan mereka memohon ampun atas dosa-dsanya”
QS Ali imran : 135

Istighfar termasuk sebagai penawar kegundahan dan mencairkan perasaan yang kurang baik, seperti yang terdapat pada hadist nabi SAW:



“sesungguhnya adakalanya timbul perasaan (gundah) dalam hatiku, maka saya membaca istighfar dalam sehari seratus kali”
HR muslim

            Dalam riwayat lain diberitahukan bahwa rasulullah SAW membaca istighfar dan bertaubat kepada allah tiap hari lebih dari trujuh puluh kali. Beliau sekalipun ma’shum (terpelihara dari dosa) namun beliau memperkebal diri dengan taubat dan istighfar, sebagai suri teladan bagi umatnya.[3]





Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan kesehatan yang berasal dari jiwa yaitu yang meliputi kesehatan pikiran dan akal dari segala macam penyakit jiwa seperti marah, duka, kesal, dan sempitnya pikiran.

Kesehatan mental dapat diwujutkan melalui ketenangan pikiran dan perasaan, dengan itu orang-orang akan terhindar dari penyakit-penyakit yang mucul dari gangguan jiwa. Secara spiritual keislaman banyak diajarkan meditasi dalam tasawuf yaitu tafakkur, wirid, zikir, doa, dan uzlah.
  1. tafakkur berarti perenungan, yaitu merenungkan ciptaan Allah, kekuasaanNya yang nyata dan tersembunyi serta kebesaranNya di seluruh langit dan bumi.
    1. Bertafakkur tentang karunia, akan mendorong kita untuk selalu mensyukuri dan menyibukkan diri dengan ibadah dan amal saleh.
    2. Bertafakkur mengenai luasnya pengetahuan Allah, akan menimbulkan rasa malu dalam diri sendiri ketika Allah menemui kita di tempat larangannya atau tidak menjumpai kita di tempat perintahnya.
    3. Bertafakkur mengenai kefanaan kehidupan dunia dan kekalnya kehidupan akhirat, akan mendorong sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan terhadap akhirat
    4. Bertafakkur mengenai amal saleh dan perbuatan salah serta ganjaran terhadapnya, akan mendorong kita beramal saleh dan menghindari perbuatan salah.
  2. tazakkur, perenungan menuju tafakkur
  3. wirid, latihan spiritual dengan menyebut nama-nama tuhan, yang biasa disebut asmaul husna, mengerjakan shalat sunat, membaca al-qur’an, zikir, doa dan tafakkur.
  4. zikir, berarti mengingat, menyebut atau mengagungakan Allah dengan mengulang-ngulang salah satu namanya atau kalimat keagunganNya.
    1. Zikir zahar, mengingat Allah dengan bersuara.
    2. Zikir khafi, zikir dengan cara diam
    3. Zikir lisan, mengingat Allah dengan lidah
    4. Zikir nafs, mengingat Allah tanpa suara, tetapi dengan gerakan dan perasaanbatin
    5. Zikir qalb, mengingat Allah dengan hati ketika merenungkan keindahan dan keagungan Allah dalam relung hati
    6. Zikir sirr, zikir dalam hati yang paling dalam ketika tersingkap berbagai misteri Illahi
    7. Zikrullah, mengingat Allah melalui salah satu namanya atau firmanNya
  5. doa, permintaan atau permohonan untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat
  6. uzlah, mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah seperti yang tersebut sebelumnya.

Hal-hal tersebut dapat membawa orang untuk menemukan makna hidupnya dan mendatangkan ketenangan pikiran dan perasaan, serta kesehatan mental secara umumnya.[4]




[1] Kartanegara, mulyadhi. Menyelami lubuk tasawuf. Hal, 185
[2] Najar, amiran. Ilmu jiwa dalam tasawuf. hal, 228
[3] Ya’qub, hamzah. 1977. Tingkat ketenangan dan kebahagiaan m’min. bina ilmu.jakarta. hal 132
[4] [4] Sudiman tebba. Tasawuf positif , hal 54

Tidak ada komentar: