Taubat (Al-Taubah)
Yaitu, memohon
ampun disertai janji tidak akan mengulangi lagi.
Al-kalabadzi :
seseorang telah melupakan dosanya, dalam arti ia telah melupakan segala
manisnya dosa sama sekali dalam hatinya. Oleh karena itu orang yang telah bertaubat,
atau tobatnya telah diterima, tidak tertarik lagi kepada dosa yang pernah
dilakukan.[1]
Qs : at taubah,
102
Dan ada pula orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa
mereka, yang mencapur adukan perbuatan baik dengan yang buruk. Mudah-mudahan
allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya allah adalah maha pengampun lagi
maha penyayang.
Qs : an nuur, 31
Bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang
beriman, mudah-mudahan kalian tergolong orang yang beruntung.
Sabda nabi
Muhammad saw :
Sesungguhnya hatiku diselubungi oleh dosa, maka aku
mohon ampunan kepada allah tujuh puluh kali setiap hari.
Al qusyairi
berkata : sesungguhnya pemilik ushul dari ahli Sunnah, mereka berkata : syarat
taubat itu ada tiga :
a.
Menyesali
apa yang telah diperbuat dari pelanggaran-pelanggaran
b.
Meninggalkan
perbuatannya seketika itu juga
c.
Berniat
kuat untuk tidak kembali kepada maksiat.
Tiga syarat ini
merupakan kewajiban bagi orang yang bertaubat dengan taubatan nashuha. Taubat
itu memiliki tertib, sebab-sebab, dan bagian-bagian.
a.
Adanya
perhatian dari hati agar tidak lalai dan pengetahuan seorang hamba tentang
keburukan dari keadaan yang dialami. Untuk sampai ke kondisi ini adalah dengan
taufiq, dengan menyimak apa yang terdetik di dalam hatinya tentang apa yang
menjadi kendala terhadap al hak dan harus yakin bahwa allah subhanahu wa ta’ala
mendengar apa yang ada di dalam hatinya. Taubat para sufi benar-benar bersih
sehingga tidak berbekas pada dirinya perbuatan maksiat, baik maksiat
tersembunyi maupun maksiat terang-terangan. Taubat seorang sufi bukan hanya
taubat dari perilaku maksiat, akan tetapi taubat dari keinginan-keinginan hati
yang berdosa, karena menurut mereka hal tersebut merupakan godaan dan was-was
setan.
b.
Taubat
karena kelalaian untuk melakukan al-muraqabah (pemantauan) terhadap gerak
hatinya, sehingga ia berniat untuk melakukan apa yang terdapat di dalam hatinya
itu dan beranggapan bahwa perbuatan itu tidak dibenci oleh allah, seperti ujub,
takabur, hasud, mencela. Akan tetapi setelah ia sadar akan kelalaiannya, ia
terkejut dan segera mengosongakan apa yang terdapat di dalam hatinya serta
menyesalinya dan segera melepaskannya.
c.
Perbuatan
hati yang lebih lalai dalam al muraqabah, sehingga dirinya benar-benar berniat
untuk melakukan apa yang dilarang oleh allah, akan tetapi setelah ia sadar akan
niatnya itu, segera menyesali dan meninggalkan apa yang telah kuat menjadi
niatnya itu
d.
Kelalaian
dirinya sehingga hatinya ingin berbuat sesuatu yang dilarang allah , sekalipun
di awal perbuatan itu, atau begitu ia ingin berbuat, ia segera sadar dan segera
berhenti lalu menyesali apa yang telah diperbuat dan segera taubat sebelum ia
melakukan.
e.
Tinggalkan
yang lebih buruk, yaitu ia taubat setelah melakukan suatu perbuatan yang
dilarang oleh allah dan tidak mengulanginya.
f.
Kelalaian
sehingga dirinya berbuat perbuatan yang dilarang oleh allah dan selalu berbuat
dosa, seperti seseorang yang mendzalimi orang lain lantas ia ingin taubat,
sekalipun dalam kenyataannya tidak pernah bertaubat karena berat untuk
meninggalkan perbuatan itu.[2]
Tobat Dan Istighfar
Setelah mengetahui aib dalam
diri, misalnya nifaq, hasad, takbur,
dll. Berkat dilakukannya selfkoreksi (mawas diri), meningkatkan kesadaran akan
bahayanya, maka kemudian dilakukan taubat, kembali kepada jalan allah yang
lurus, meluruskan sifat dan sikap mental pada sifat dan sikap yang diredhai
oleh-Nya, seraya memohon ampun, karena allah mah menerima taubat dan maha
pengampun.
“mintalah ampun
kepada tuhanmu dan kembali bertaubatlah kepada-Nya”
QS hud : 3
Dan orang-orang
yang telah berbuat kejelekan atau menganiaya diri-diri mereka sendiri, maka
mereka ingat kepada allah dan mereka memohon ampun atas dosa-dsanya”
QS Ali imran :
135
Istighfar
termasuk sebagai penawar kegundahan dan mencairkan perasaan yang kurang baik,
seperti yang terdapat pada hadist nabi SAW:
“sesungguhnya
adakalanya timbul perasaan (gundah) dalam hatiku, maka saya membaca istighfar
dalam sehari seratus kali”
HR muslim
Dalam riwayat lain diberitahukan
bahwa rasulullah SAW membaca istighfar dan bertaubat kepada allah tiap hari
lebih dari trujuh puluh kali. Beliau sekalipun ma’shum (terpelihara dari dosa)
namun beliau memperkebal diri dengan taubat dan istighfar, sebagai suri teladan
bagi umatnya.[3]
Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan kesehatan yang berasal dari jiwa yaitu
yang meliputi kesehatan pikiran dan akal dari segala macam penyakit jiwa
seperti marah, duka, kesal, dan sempitnya pikiran.
Kesehatan mental dapat diwujutkan melalui ketenangan pikiran dan
perasaan, dengan itu orang-orang akan terhindar dari penyakit-penyakit yang
mucul dari gangguan jiwa. Secara spiritual keislaman banyak diajarkan meditasi
dalam tasawuf yaitu tafakkur, wirid, zikir, doa, dan uzlah.
- tafakkur berarti perenungan, yaitu merenungkan ciptaan Allah, kekuasaanNya yang nyata dan tersembunyi serta kebesaranNya di seluruh langit dan bumi.
- Bertafakkur tentang karunia, akan mendorong kita untuk selalu mensyukuri dan menyibukkan diri dengan ibadah dan amal saleh.
- Bertafakkur mengenai luasnya pengetahuan Allah, akan menimbulkan rasa malu dalam diri sendiri ketika Allah menemui kita di tempat larangannya atau tidak menjumpai kita di tempat perintahnya.
- Bertafakkur mengenai kefanaan kehidupan dunia dan kekalnya kehidupan akhirat, akan mendorong sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan terhadap akhirat
- Bertafakkur mengenai amal saleh dan perbuatan salah serta ganjaran terhadapnya, akan mendorong kita beramal saleh dan menghindari perbuatan salah.
- tazakkur, perenungan menuju tafakkur
- wirid, latihan spiritual dengan menyebut nama-nama tuhan, yang biasa disebut asmaul husna, mengerjakan shalat sunat, membaca al-qur’an, zikir, doa dan tafakkur.
- zikir, berarti mengingat, menyebut atau mengagungakan Allah dengan mengulang-ngulang salah satu namanya atau kalimat keagunganNya.
- Zikir zahar, mengingat Allah dengan bersuara.
- Zikir khafi, zikir dengan cara diam
- Zikir lisan, mengingat Allah dengan lidah
- Zikir nafs, mengingat Allah tanpa suara, tetapi dengan gerakan dan perasaanbatin
- Zikir qalb, mengingat Allah dengan hati ketika merenungkan keindahan dan keagungan Allah dalam relung hati
- Zikir sirr, zikir dalam hati yang paling dalam ketika tersingkap berbagai misteri Illahi
- Zikrullah, mengingat Allah melalui salah satu namanya atau firmanNya
- doa, permintaan atau permohonan untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat
- uzlah, mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah seperti yang tersebut sebelumnya.
Hal-hal tersebut dapat membawa orang untuk menemukan makna hidupnya
dan mendatangkan ketenangan pikiran dan perasaan, serta kesehatan mental secara
umumnya.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar