Selasa, 27 Oktober 2015

WARA' (meninggalkan hal syubhat)



A.    Wara’ (Al Wara’)

Yitu, meninggalkan segala yang syubhat (tidak jelas halal haramnya).

Hadis nabi Muhammad saw :
Sebagian dari tanda kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya, (HR, at tarmidzi dan ibn majah dengan sanad sahih).

Ibrahim bin adham berkata : wara itu adalah meninggalkan segala yang subhat, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu dan itu adalah meninggalkan al fudhul (kelebihan harta yang halal atau segala yang berlebih lebihan. Yaitu meninggalkan urusan yang bukan kepentingan agama, meninggalkan sesuatu yang haram, makruh dan termasuk yang syubhat.
Ungkapan terbaik tentang wara’ adalah yang dikatakan oleh al haraz yaitu : wara’ adalah bila mengaku bebas dari pada kedzaliman terhadap makhluk sekalipun seberat atom, sehingga tidak terdapat pada salah seorang diantara manusia memiliki pengaduan dan tuntutan atas dirimu.
Menurut al muhasibi, wara’ akan sempurna apabila terdapat di dalamnya empat perkara, dua perkara wajib ditinggalkan  :
  1. meninggalkan apa yang dilarang oleh allah ‘azza wa jala, seperti yang terkait dengan hati. Misalnya kasesesatan, bid’ah, kefanatikan (berlebih-lebihan) di dalam ucapan yang tidak mengandung kebenaran dan tidak meyakini kecuali yang hak.
  2. Wajib meninggalkan apa yang diharamkan kepada hati dan seluruh anggota jasmani.
  3. Meniggalkan sesuatu yang masih syubhat, kwatir akan jatuh kepada ke haraman
  4. Meniggalakan kelebihan sekalipun halal (al fadhul, karena kwatir dengannya menjadi perbuatan yang haram.
Dengan demikian wara’ itu adalah penyucian hati dan raga.


B.     Zuhud (Az Zuhud)

Hadis nabi muhammad saw :
Jika kalian melihat seseorang diberi kezuhudan di dunia dan diberi akal, maka dekatilah ia karena ia akan mengajarkan hikmah (HR ibn majah)

Qs : al hadid, 33
Agar kalian tidak merasa susah dengan apa yang hilang dan juga tidak merasa bangga dengan apa yang datang kepada kalian.

Zunnun al mishri, zuhud adalah orang yang zuhud jiwanya, karena ia meninggalkan kenikmatan yang fana untuk mendapatkan kenikmatan yang baqa.
Al junaid, zuhud adalah kosongnya tangan dari kemilikan dan bersihnya hati daripada keinginan untuk memiliki sesuatu. Dari maqam taubat menuju ke maqam wara’ kemudian merambah ke maqam zuhud lantas naik ke maqam sabar, di mana seorang as salik akan memperoleh ketenangan pada setiap tingkatan maqam yang dilewatinya dengan memakai pakaian kesabarannya.[1]
A.    Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan kesehatan yang berasal dari jiwa yaitu yang meliputi kesehatan pikiran dan akal dari segala macam penyakit jiwa seperti marah, duka, kesal, dan sempitnya pikiran.

Kesehatan mental dapat diwujutkan melalui ketenangan pikiran dan perasaan, dengan itu orang-orang akan terhindar dari penyakit-penyakit yang mucul dari gangguan jiwa. Secara spiritual keislaman banyak diajarkan meditasi dalam tasawuf yaitu tafakkur, wirid, zikir, doa, dan uzlah.
  1. tafakkur berarti perenungan, yaitu merenungkan ciptaan Allah, kekuasaanNya yang nyata dan tersembunyi serta kebesaranNya di seluruh langit dan bumi.
    1. Bertafakkur tentang karunia, akan mendorong kita untuk selalu mensyukuri dan menyibukkan diri dengan ibadah dan amal saleh.
    2. Bertafakkur mengenai luasnya pengetahuan Allah, akan menimbulkan rasa malu dalam diri sendiri ketika Allah menemui kita di tempat larangannya atau tidak menjumpai kita di tempat perintahnya.
    3. Bertafakkur mengenai kefanaan kehidupan dunia dan kekalnya kehidupan akhirat, akan mendorong sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan terhadap akhirat
    4. Bertafakkur mengenai amal saleh dan perbuatan salah serta ganjaran terhadapnya, akan mendorong kita beramal saleh dan menghindari perbuatan salah.
  2. tazakkur, perenungan menuju tafakkur
  3. wirid, latihan spiritual dengan menyebut nama-nama tuhan, yang biasa disebut asmaul husna, mengerjakan shalat sunat, membaca al-qur’an, zikir, doa dan tafakkur.
  4. zikir, berarti mengingat, menyebut atau mengagungakan Allah dengan mengulang-ngulang salah satu namanya atau kalimat keagunganNya.
    1. Zikir zahar, mengingat Allah dengan bersuara.
    2. Zikir khafi, zikir dengan cara diam
    3. Zikir lisan, mengingat Allah dengan lidah
    4. Zikir nafs, mengingat Allah tanpa suara, tetapi dengan gerakan dan perasaanbatin
    5. Zikir qalb, mengingat Allah dengan hati ketika merenungkan keindahan dan keagungan Allah dalam relung hati
    6. Zikir sirr, zikir dalam hati yang paling dalam ketika tersingkap berbagai misteri Illahi
    7. Zikrullah, mengingat Allah melalui salah satu namanya atau firmanNya
  5. doa, permintaan atau permohonan untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat
  6. uzlah, mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan melakukan ibadah seperti yang tersebut sebelumnya.

Hal-hal tersebut dapat membawa orang untuk menemukan makna hidupnya dan mendatangkan ketenangan pikiran dan perasaan, serta kesehatan mental secara umumnya.[2]




[1] [1] Najar, amiran. Ilmu jiwa dalam tasawuf. hal, 228
[2] [2] Sudiman tebba. Tasawuf positif , hal 54

Tidak ada komentar: